Sabtu, 24 April 2010

CURAH HUJAN DAN EVAPORASI

Laporan Praktikum Agroklimatologi

CURAH HUJAN DAN EVAPORASI
OLEH :
HARAPAN ILYAS

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSALAM, BANDA ACEH
2009

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Curah hujan adalah unsur iklim yang sangat berubah-ubah dari tahun ke tahun, adalah penting bahwa setiap analisis iklim pertanian mempertimbangkan variabilitas ini dan tidak hanya didasarkan atas nilai rata-rata. Total curah hujan tahunan untuk kano (12oU) dari tahun 1916 sampai 1975. Ini adalah catatan curah hujan khas dengan variasi besar dan disertai periode-periode pendek di atas dan di bawah curah hujan rata-rata. Curah hujan rata-rata adalah 850 mm dan total tahunan berkisar dari 416 mm pada tahun 1975 sampai 1181 pada tahun 1931.
Evaporasi (penguapan) terjadi Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir.
Hujan turun dari awan, adanya awan belum tentu turunnya hujan. Hujan baru turun bila butir-butir air di awan bersatu menjadi besar dan mempunyai daya berat yang cukup dan suhu di bawah awan harus lebih rendah dari suhu awan itu sendiri, maka butir-butir air yang telah besar dan berat jatuh sebagai hujan
Curah hujan yang dinyatakan dalam milimeter (mm) yaitu tinggi lapisan air yang jatuh di atas permukaan tanah, andaikata air tidak meresap ke dalam tanah, mengalir atau terjadi penguapan akan mempunyai volume 1 liter.
Curah hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi adalah air dalam bentuk cair atau padat yang mengendap ke bumi yang selalu didahului oleh proses kondensasi atau sublimasi atau kombinasi keduanya yang sering dinyatakan dalam mm. Uap air merupakan sumber presipitasi seperti hujan dan salju. Jumlah uap air yang terkandung dalam udara merupakan indikator potensi atmosfer untuk terjadinya presipitasi. Kandungan uap air diatmosfer hanya kurang dari 2 % dari total volume di atmosfer. Kandungan uap air dapat bervariasi antara 0 % hingga 3 % didaerah lintang menengah dan dapat mencapai 4 % di daerah tropika basah.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Penguapan Air (Evaporasi) dan Curah Hujan ini adalah untuk mengetahui dan mengenal alat yang diinginkan untuk mengukur curah hujan dengan cara membuat hujan buatan dan penguapan air yang terjadi setelah ditambahkan dengan curah hujan yang terjadi pada tempat pengamatan yang diinginkan serta cara penggunaannya.



II. TINJAUAN PUSTAKA
Hujan adalah kebasahan yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Hujan terdapat dalam beberapa macam yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama pada besarnya butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja jatuh dari awan cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang besar (Karim,1985).
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah (jumin, 2002)
Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat dihitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena periode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain (Sutedjo, Mul Suryani dan Kartasapoetra. 2005).
Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini berjalan terus hamper tanpa berhenti disiang hari dan kerap kali mdimalam hari, perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi, proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung, awan merupakan penghalangan radiasi matahari dan penghambat proses evaporasi (Wahyuningsih, 2004).

II. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
- Ombrometer Type Observatorium Alat dan Bahan yang digunakan untuk membuat hujan buatan dan untuk mengetahui penguapan (evaporasi) yaitu : - Panci Terbuka - Corong - Jerigen Air - Gelas Ukur 1000 ml

B. Cara Kerja
1. Ukur luas penampang
2. Tuangkan air secukupnya ke dalam dirigen (sebagai pengganti hujan)
3. Tuangkan air di dalam dirigen ke dalam gelas ukur
4. Ukur berapa volume air yang tertampung di gelas ukur
5. Lalu hitung volume air


HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. pengamatan curah hujan
No Hari (ulangan) Volume Gelas Ukur (ml) Curah Hujan (mm)
1 Senin (1) 300 31
2 Selasa (2) 650 68
3 Rabu (3) 460 48
4 Kamis (4) 565 59
5 Jum`at (5) 350 37
6 Sabtu (6) 680 71
7 Minggu (7) 700 82

Tabel 2. Pengamatan Evaporasi
No Hari (ulangan) Po (cm) Pi Eo CH
1 Senin (1) 4 3.5 36 31
2 Selasa (2) 3.5 3.2 71 68
3 Rabu (3) 3.2 3.0 30 48
4 Kamis (4) 3.0 2.5 64 59
5 Jum`at (5) 2.5 2.2 40 37
6 Sabtu (6) 2.2 1.8 75 71
7 Minggu (7) 1.8 1.5 76 82



B. Pembahasan
Grafik Curah Hujan
Grafik Evaporasi
Grafik evaporasi dan curah hujan

1. Curah hujan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dan mencermati setiap hasil pengukuran yang dilakukan selama 7 kali, dengan pengamatan curah hujan tertinggi padas hari ke 7 yaitu 700mm. Ini menunjukkan bahwa pada tanggal tersebut secara continue curah hujan bisa menyebabkan banjir, karena curah hujan lebih besar dibandingkan pada tanggal yang lain.
2. Evaporasi
Dari hasil praktikum dapat kita cermati bahwa semakin besar kadar evaporasi, maka semakin besar pula volume curah hujan yang akan turun nantinya. Besarnya evaporasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni cuaca, suhu udara, kelembaban relatif, angin, susunan air, luas permukaan, tekanan udara dan panas laten.
dari grafik dapat kita lihat bahwa pada hari ke 2 evaporasi mencapai 71 mm dan otomatis volume curah hujan akan sama.

3. Evaporasi dan curah hujan
Dari grafik bisa kita lihat bahwa evaporasi sangat erat kaitannya dengan curah hujan. Semakin besar evaporasi maka dihari berikutnya akan menghasilkan curah hujan yang sama pula.

KESIMPULAN

1. hasil percobaan dan pengamatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Hujan adalah kebasahan yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm.
2. Dari hasil praktikum dapat kita cermati bahwa semakin besar kadar evaporasi, maka semakin besar pula volume curah hujan yang akan turun nantinya
3. Banyaknya curah hujan dipengaruhi oleh bayaknya evaporasi, curah hujan yang terlau banyak akan dapat membajiri bumi dan begitu pula sebalknya juka evaporasi sangat lama karena kemarau terus-menerus akan dapat mengakibatkan kekeringan..


DAFTAR PUSTAKA


Karim, K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Jumin, Hasan Basri. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologi. PTRaja Grafindo Persada, Jakarta

Sutedjo, Mul Suryani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT RINEKA CIPTA, Jakarta.

Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi. Pabelan. Jakarta

1 komentar:

  1. Best Merkur - Determining which is right for you
    keyword 인카지노 Merkur 메리트카지노 Progress domain kadangpintar dovo.com

    BalasHapus